TANGGAMUS– Ditengah maraknya produk pabrikan saat ini, pande atau pandai besi tradisional di Kotaagung masih tetap bertahan.
Mereka masih menggunakan alat tradisional saat membuat berbagai peralatan, seperti golok, Cangkul, Sabit dan berbagai peralatan lainnya.
Untuk memanaskan besi pun masih memakai panas dari arang. Setelah besi panas kemudian dipukul memakai palu.
Para pengrajin sibuk menggerinda parang, memanaskan besi, dan ada yang mengetok besi yang baru dipanaskan.
Hawasi pengrajin Pandai Besi ini, bersama rekannya sudah puluhan tahun menekuni kegiatan ini, meneruskan dari orang tuanya.
“Saya sudah puluhan tahun menjalani usaha ini, meneruskan dari orang tuanya,” kata Hawasi.
Ia menjelaskan, perjalanan dalam menekuni pekerjaan ini, dimana seiring waktu beberapa bahan produksi mengalami kenaikan harga seperti arang dan besi yang digunakan.
Besi yang digunakan adalah besi per kendaraan roda empat, dan besi padat lain. Bahan yang digunakan biasa ia dapatkan dari tempat barang bekas dan orang yang menjual kepada dirinya.
Biasanya ia menjual parang dengan harga Rp 75 ribu hingga Rp. 100 ribu per item tergantung jenis dan ukurannya.
Untuk cangkul ukuran kecil dengan harga Rp. 110 ribu dan ukuran besar Rp. 150 ribu per item.
Disini juga biasanya pelanggannya memesan tempahan sendiri seperti jangkar, cangkul baru, pisau dapur, Golok dan berbagai peralatan lainnya.
Untuk harga tempahan mulai dari Rp. 50 ribu hingga Rp. 250 per item tergantung jenis dan ukuran yang ditempah.(*)