TANGGAMUS – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, menyoroti adanya kelangkaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram di berbagai wilayah Tanggamus sejak sebulan terakhir.
Anggota DPRD Tanggamus H. Nuzul Irsan mengaku, sudah banyak mendapat laporan keluhan warga di berbagai daerah di Tanggamus dengan adanya kelangkaan gas 3 kg.
“Masyarakat banyak yang mengeluh karena gas elpiji 3 kilogram langka, kalau pun ada harga jualnya telah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) bahkan bisa mencapai Rp32.000 per tabung,” kata Nuzul.
Anggota DPRD Tanggamus Fraksi PKB ini meminta Pemerintah Daerah melalui dinas atau instansi terkait untuk segera menyikapi keluhan masyarakat di Kabupaten Tanggamus terkait kelangkaan gas elpiji 3 Kg tersebut.
“Pemerintah Daerah harus segera menyikapi persoalan ini, jangan sampai berlarut-larut, kasihan masyarakat,” tegasnya.
Selain itu, H. Nuzul Irsan juga mengungkapkan bahwa ada laporan terkait oknum agen atay pengkalan yang bermain dibawah, untuk itu ia meminta kepada Polres Tanggamus agar menyelidiki kasus tersebut.
Sebab, menurutnya, kelangkaan gas melon ini sangat mengganggu masyarakat, terutama pelaku UMKM yang sangat bergantung pada bahan bakar bersubsidi tersebut.
“Kami meminta Polres Tanggamus untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait dugaan permainan dalam distribusi LPG 3kg ini. Masyarakat berhak atas distribusi yang adil dan merata, tanpa ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan pribadi atau memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan tertentu,” ungkap Nuzul.
H. Nuzul Irsan menegaskan bahwa jika terbukti ada unsur politisasi atau permainan dalam distribusi gas LPG, maka pihak yang terlibat harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.
“Kami berharap tindakan cepat dari aparat penegak hukum dapat memberikan kejelasan dan mengakhiri dugaan penyimpangan distribusi ini. Masyarakat, terutama para pelaku UMKM, tidak boleh terus dirugikan,” tambah Nuzul.
Sementara itu, kelangkaan gas melon LPG 3kg dikeluhkan warga di Gisting. Salah satu warga, Ismunandar, menyatakan bahwa kelangkaan gas ini telah berlangsung cukup lama dan berdampak pada kehidupan sehari-hari serta usaha kecil di wilayah tersebut.
“Kami di sini kesulitan mendapatkan gas. Setiap minggu hanya ada satu kali distribusi, dan itu pun tidak cukup. UMKM di sini sampai harus menunggu lama hanya untuk mendapatkan satu tabung,” keluh Ismunandar.
Selain itu, Ismunandar juga menyoroti adanya bazar yang menjual gas melon dengan harga murah dan stok yang melimpah beberapa waktu lalu, hal itu sesuatu yang ia curigai sebagai bagian dari permainan distribusi.
“Kami merasa ada yang tidak beres. Di pasar gas langka, tapi ada bazar yang menjual banyak gas dengan harga lebih murah. Rasanya ada permainan di sini,” ungkapnya. (ADV)