Tanggamus Dalam Appreciative Inquiry, Oleh : Salman Rifqi Saputra (Warlok Tanggamus Gisting)

TANGGAMUS – Kabupaten Tanggamus, daerah dengan segala potensi sumber daya alamnya yang melimpah berhasil tumbuh dengan akselerasi yang sangat signifikan. Hal tersebut terbukti. Pasca transisi kepemimpinan yang saat ini dinahkodai oleh H. Moh. Saleh Asnawi dan Agus Suranto. Kini Kabupaten Tanggamus berhasil masuk Grade A dalam hal tingkat kepuasan terhadap kinerja kepala daerah. Seperti yang kita lihat saat ini Tanggamus kini tampil dengan wajah dan kekuatan baru, masyarakat Tanggamus punya harapan besar terhadap segala aspek perubahan positif di daerahnya.

” Sekarang mari kita lihat Tanggamus dari kacamata pendekatan Appreciative Inquiry. Sebuah metodologi pisau analisis sosial yang digagas oleh David Cooperrider pada 1987. Analisis ini disandarkan pada hal-hal posisitif dan potensi yang dimiliki oleh individu, kelompok maupun organisasi untuk terus tumbuh. Berbeda dengan analisis SWOT yang masih melihat sisi weaknesses (kelemahan) dan juga Threats (ancaman). Pendekatan Appreciative Inquiry (Al) justru melihat. gejala dinamika dan problematika dari sudut pandang positif. Analisis ini berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti memiliki Blessing in disguise atau hikmah terselubung.;”

Tentu Appreciative Inquiry tidak sepenuhnya bisa menggantikan analisis SWOT. Misal di beberapa titik saat organisasi butuh peta situasi eksternal-internal yang lengkap dan ketika ada tantangan kompetitif, risiko, atau masalah yang butuh solusi strategis. Analisis SWOT lebih dominan dibutuhkan perannya. Tetapi sebaliknya, saat organisasi atau suatu komunitas ingin membangun energi positif, komitmen bersama, dan inovasi. Dalam konteks perubahan budaya, pengembangan SDM, atau membentuk visi masa depan. Peran Al sangat dibutuhkan disini.

Appreciative Inquiry mendorong kita untuk berpikir, berkolaborasi dan melakukan pemberdayaan agar semua tujuan yang sudah disepakati bisa tercipta. secara kolektif. Oleh karena itu Al bisa menjadi pilihan yang tepat dan efektif untuk menciptakan perubahan-perubahan baik di semua aspek kehidupan. Proses analisis Al melibatkan beberapa tahapan yang dikenal dengan istilah 4D; Discovery, Dream, Design, Destiny. Pertama discovery (penemuan), tahap dimana kita bertanya, mengidentifikasi dan mengahargai segala hal positif yang sudah ada. Tahap kedua adalah dream (mimpi), titik dimana kita mencatat semua mimpi yang ingin kita wujudkan. 

Berikutnya Design (rancangan), pada tahap ini kita merancang rencana tindakan untuk mewujudkan mimpi yang ingin diwujudkan. Yang terakhir Destiny (pelaksanaan), tahap ini kita menciptakan takdir dengan segala ide yang sudah dirumuskan pada tahap sebelumnya.

Discovery, dengan pertanyaan hal baik apa yang ada di Tanggamus? banyak hal positif yang menjadi dasar pengembangan potensi di masa yang akan datang. Tanggamus dengan potensi alam yang sangat melimpah bentang alam yang beragam (pegunungan, Pantai, pulau dan perbukitan) menjadi salah satu titik positif untuk dikembangkan wisatanya. Dalam sektor pertanian pun menjadi unggulan dibandingkan daerah-daerah lainnya yang ada di Lampung. Komoditas hortikultura, kopi robusta, pisang dan yang lainnya menjadikan Tanggamus punya hal baik yang semestinya bisa terus di upgrade.

Dream, visi masa depan yang ideal berdasarkan potensi dan kekuatan yang ada. Beberapa Gambaran dream Tanggamus dalam 5 sampai 10 tahun kedepan misalnya sebagai berikut. Menjadi Kawasan unggulan dalam sektor ekowisata berbasis alam Bahari dan perbukitan. Tentu dengan pelibatan Masyarakat, promosi media sosial seyogyanya bisa lebih mengangkat Kawasan wisata terintegrasi yang ada di Kabupaten Tanggamus. Dalam hal pertanian, bisa menjadi pusat Perkebunan dan pertanian berkelanjutan di Lampung, dengan nilai tambah tinggi pengolahan hasil lokal, packaging, brand lokal, dan penggunaan teknologi pertanian modern.

Design, dalam aspek wisata misalnya. Pengembangan aspek paket wisata alam Bahari ditambah dengan kebudayaan lokal (misal Teluk Kiluan + aspek wisata Bahari + tradisi lokal). Ditambah dengan fasilitas pendukung seperti akses informasi, akses jalan, sarana kebersihan dan keamanan serta promosi digital ke pasar domestik dan mancanegara. Disinilah peran dinas pariwisata ditunggu kehadirannya. Dengan segala potensi yang dimiliki, bagaimana kemudian semua hal baik ini dapat diintegrasikan dengan ciamik sehingga tumbuh menjadi ekosistem wisata yang dapat menarik wisatawan.

Destiny, pada tahap ini value apa yang bia diimplementasikan supaya visi dan mimpi bisa terwujud. Strategi untuk menjaga momentum dan memastikan bahwa rancangan ambisius bisa dijalankan berkelanjutan Membentuk forum partisipatif lokal yang terus-menerus: misalnya terdiri dari wakil pekon, petani, pelaku wisata, pelajar, pemerintah kabupaten, akademisi untuk mengevaluasi, memberi umpan balik, dan menyempurnakan program secara berkala. Atau juga bisa dengan menggalang sumber daya pendanaan, kemitraan dengan swasta, akses ke hibah/proyek nasional/internasional; pelibatan komunitas dan budaya lokal dalam pengembangan untuk menjaga keberlanjutan sosial-lingkungan.

Pada akhirnya dengan menggunakan pendekatan Appreciative Inquiry, Kabupaten Tanggamus memiliki fondasi yang kuat dari alam, pertanian dan budayanya. Jika kekuatan ini diambil sebagai starting point, dengan visi yang jelas, rancangan strategis yang konkret, dan mekanisme pelaksanaan yang melibatkan masyarakat, maka daerah ini berpotensi berkembang secara berkelanjutan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *